B M P (Bone Marrow Puncture)
By ocekojiroBMP adalah sebuah proses pemeriksaan sumsum tulang belakang dengan cara mengambil sedikit sampel dari sumsum tulang belakang seorang pasien yang terindikasi menderita LEUKEMIA, untuk diperiksa apakah dalam sumsum tulang tersebut terdapat sel sel kanker atau tidak. Tak hanya sampai disitu, pemeriksaan sampel sumsum tulang juga memeriksa secara teliti baik jumlah maupun komponen komponen yang terdapat didalamnya hingga dapat diketahui dengan lebih akurat jika terdapat kelainan sedikit saja pada struktur penyusun sumsum tulang belakang yang cara pengambilannya cukup membuat takut itu.
Seseorang baru akan divonis menderita LEUKEMIA ataupun tidak, setelah menjalani proses BMP. Dan dengan menjalani proses ini, secara otomatis akan dapat pula menentukan type dari leukemia yang diderita orang tersebut, dimana penentuan type itu sangatlah penting sekali, karena perawatan setiap type leukemia itu bisa berbeda beda bahkan satu sama lain bisa saling bertolak belakang. Begitu juga perlakuan dan penggunaan obat SITOSTATIKA (kemoterapy) yang diberikan pun berbeda beda satu sama lain.
Umumnya proses BMP dilakukan oleh seorang dokter ahli darah yang didampingi oleh seorang analis khusus sumsum tulang. Dan standar yang dipakai di seluruh dunia saat ini, sumsum diambil dari tulang belakang, tulang panggul atau tulang paha. Caranya yaitu dengan mengebor pada ruas tertentu di tulang belakang pasien dalam posisi duduk atau tiduran menyamping dan tubuh ditekuk agar membungkuk hingga mudah bagi dokter untuk memasukkan jarum dari bawah ruas tulang belakang yang berbuku buku itu. Jika pada pengambilan pada tulang panggul atau tulang paha, pasien cukup hanya berbaring telungkup saja.
Berbeda dengan standar yang berlaku di Indonesia, terutama pada rumah sakit – rumah sakit milik pemerintah dimana peralatan yang digunakan sudah sangat ketinggalan jaman namun masih terus dipertahankan untuk terus digunakan tanpa memikirkan akibat dan dampak buruk yang akan terjadi pada para pasien yang menjalaninya.
Pada bulan Juni 2004, saya menjalani proses BMP di sebuah rumah sakit pemerintah di bilangan jakarta selatan, sejak awal saya menguatkan diri untuk berani menjalani proses yang sangat penting ini guna melengkapi serangkayan pemeriksaan yang mengindikasikan bahwa saya terkena LEUKEMIA. Tepat pada hari H jam 10 pagi saya sudah masuk ruangan operasi dan tanpa membuang waktu beberapa perawat langsung membuka baju operasi yang aku kenakan pada bagian dada dan mengoleskan cairan pekat berwarna merah tepat pada tengah dadaku. Dalam hati aku mulai berfikir, lho,,, kan aku akan diambil sumsum tulang belakang, tetapi kenapa dadaku yang mau di anestesi ?
Tepat sebelum dokter menyuntikkan obat bius pada tengah dadaku, aku mencoba untuk menghalanginya dan meminta penjelasan dengan suara terbata bata karena aku sangat gugup sekali serta takut.
Dengan sedikit kesal karena pekerjaannya terhambat, sang dokter pun menjelaskan bahwa massa yang ada dalam tulang pipih di tengah dada adalah sama persis dengan massa yang ada dalam tulang belakang, jadi proses BMP bisa juga dilakukan pada tulang dada, meskipun lebih terasa sedikit sakit kendati sudah disuntik dengan anestesi lokal.
Karena pada dasarnya aku sangat takut dengan jarum suntik, maka aku meminta dokter untuk mengambil sumsum dari tulang belakang ku saja, namun sang dokter kembali menjelaskan bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan karena jarum atau alat bor yang digunakan sudah sangat pendek sekali. Dan masih dengan nada kesal sang dokterpun menerangkan bahwa pihak rumah sakit belum benar benar mau mengganti alat bor yang biasa digunakan untuk proses BMP jika masih bisa digunakan meskipun jarum itu sudah semakin pendek karena harus selalu diasah setelah beberapa kali pemakaian dan konon alat yang hendak dipakai untuk mengebor tulang dadaku itu telah digunakan selama hampir sepuluh tahun, busyeeettt….!.
Akhirnya proses BMP pada diriku bisa berjalan dengan lancar dimana dengan mata terbuka lebar aku menatap proses itu berjalan tanpa memejamkan mata. Aku pasrah dan memberikan kepercayaan penuh kepada dokterku untuk melakukan yang terbaik, meskipun resiko atau dampak buruk pengambilan sampel sumsum tulang pada dada pasien, relatif lebih besar dan sangat tidak dianjurkan dewasa ini. Dan ketakutanku yang berlebih terhadap jarum suntik selama ini sedikit aku ejek dengan bergumam, ooh,,, cuma segitu doang yaa,,, ?
Wassalam.
PS.
Sepenggal tulisan ini aku persembahkan buat sahabat Yuliani Oktaria, semoga BMP nya bisa berjalan dengan lancar sehingga proses pengobatan dan penyembuhan bisa berjalan dengan baik. Amin.
____________________________________________________________________________________________
Artikel Terkait :
– Hydrea 500 Mg
– Glivec vs Hydrea
– Obat Leukemia Menghilang







Hi Mas Oce,
Terima kasih banyak atas doannya ^_^
bbrp tmn saya manjalani tindakan BMP spt yg mas oce alami…saya sendiri 3x BMP pada tulang belakang (kiri panggul) alhamdulillah tidak terjadi efak yg negatif dan fatal.
hmm … alhamdulillah saya tidak sampai melakukan BMP untuk memutuskan saya Leukimia. Dokter saya mengatakan cukup dilakukan pemeriksaan kromosomm BCR-ABL.
Narasi yang cukup membuat saya merinding … Tetap semangat !
assalamualiakum mas….
oalah mas ternyata pengalamannya ga jauh beda ya,kemarin waktu mo bmp suami jg begitu.karena phobia dgn jarum suntik apalagi dgn bor segala makin membuatnya keringat dingin.tp berkat dukungan dan semangat dari temen2 akhirna saya mengantarnya keruangan bmp…dan…setelah jumpa dgn dokter,dia d coba dgn hipno teraphy katanya.saya berpikir suami saya bisa terhipnotis,supaya ga kesakitan.ternyata begitu selesai ……di kamar….akhirnya dia mewek juga mas…….(kasian sih),katanya : sakitnya ga begitu,tp batin akhirnya protes dgn sakit yg bertubi2.saya terus mendampingi dan menyemangatinya mas,sampai akhirnya d bolehkan pulang. dalam hati saya sempat mengumpat sih mas….BMP….BMP…..suamiku tak pernah mengeluh,menangis,….tp gara2 BMP….akhirnya ku saksikan airmata suamiku. tetap semangat !
Apa yang saya tulis diatas hanyalah pengalaman saya pribadi dan sedikit pengetahuan yg saya dapat dari banyak tanya, karena pada dasarnya saya sangat takut dengan jarum suntik apalagi alat bor. Jadi,,, tidak ada maksud untuk menakut nakuti siapapun yg akan menjalani proses yang sangat penting dalam leukemia ini.
Saya hanya satu kali menjalani proses ini karena saya pikir tidak ada urgensinya untuk dilakukan berkali2, dan jika ada orang yang telah tiga kali menjalani proses BMP bahkan ada yang lebih dari tiga kali, itu dikarenakan mereka masuk dalam program GIPAP/NOA dimana setiap enam bulan sekali mereka wajib menjalani proses itu, dan sebagai konsekwensinya mereka mendapatkan obat GRATIS dari novartis melalui YKI.
Kondisi pasien juga berbeda2 meskipun type penyakitnya sama, jadi jika ada yang enjoy2 aja menjalani proses itu hingga berkali kali, tapi bagi saya dan sebagian kecil pasien lain seperti suami dari mbak Indri, itu seperti mimpi buruk yang tidak akan saya ulangi lagi, apalagi saya tidak termasuk pasien yang mendapat bantuan obat glivec gratis.
berapa biayanya kalo di rs darmais atau rscm mas?
dan apakah saat ini dikedua rs tsb diatas alat alatnya juga sudah ketinggalan jaman?
Trims.
@Roy
Wah,,, kalau biayanya saya gak tahu mas, tapi jika ingin hasil yg menurut sy paling baik adalah melakukan BMP di RSCM melalui rujukan dari hematologi. Alasannya adalah sampel sumsum tulang yang diambil dari pasien akan dibagi menjadi dua bagian sama banyak, satu bagian akan diuji di hematologi rscm sendiri sedang sebagian lain akan diuji di RS Dharmais. Dan otomatis hasilnya ada dua hingga bisa saling menguatkan satu sama lain.
Itu jika hasilnya sama,,, tetapi bagaimana jika hasilnya berbeda ? Sampai saat ini belum pernah sy dengar ada hasil yang berbeda dari kedua RS terbaik untuk pengobatan kanker di indonesia itu, dan mudah2an tetap dipertahankan, semoga…
Mas Oce,
Berdasarkan hasil tes BCR-ABL, tampak fusi gene bcr abl b2a2 pada amplicon product 310 bp menghasilkan ekspresi protein p210. (bln Juli 2011)
Saat itu leukositnya 20.000
Apakah itu sdh menunjukkan pasti CML ?
Karena setelah hasil itu ayah sy sempat ditawari pemeriksaan BMP… tetapi setelah mendengar proses pelaksanaan BMP, ayah sy mundur krn takut tulangnya di bor, takut terjadi komplikasi.. mengingat usia nya 75 th.
Saat ini masih mengkonsumsi hydroxyurea medac 500mg 1X sehari plus allupurinol untuk asam uratnya.
Apakah BMP harus dilakukan untuk memastikan diagnosa?
Atau cukup dgn tes bcr-abl sj sdh cukup ?
@Adrian R : mohon comment
krn sy lihat mas adrian juga tidak tes BMP
@Lien
Wah,,, saya tidak faham dg hasil morfologi test itu, namun setahu sy ada tiga bentuk fragmen bcr diantaranya adalah P210, jadi kemungkinan besar memang betul CML.
Namun perlu juga diketahui bahwa BCR-ABL itu hanya uji kromosom philadelpia, dan tidak bisa menjelaskan type selain CML. sedangkan dokter melihat kondisi fisik anda secara langsung yg mungkin sudah menunjukkan tanda2 perubahan type CML ke AML atau naiknya fase dari akselerasi ke fase crisisblast (Mudah2an tidak). Dengan indikator fisik yg (mungkin) sudah sangat mengkhawatirkan dengan perut (limpa) yg membesar dan HB yg kerap anjlok padahal jumlah leukosit cuma 20.000 saja.
Saran saya,,, Segera BMP untuk mengetahui type yg pasti sekarang ini agar pengobatan bisa lebih terukur dan tepat sasaran.
Tetap smangat…