QR Code Business Card

Home » Keluarga » Sejarah KB Di Indonesia – 30 Tahun Mampu Tekan Jumlah Penduduk Hingga 79 Juta

Sejarah KB Di Indonesia – 30 Tahun Mampu Tekan Jumlah Penduduk Hingga 79 Juta

Majalengka, (Sinarmedia).-

Program Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Majalengka tergolong sukses.Kesuksesan tersebut terasa lengkap dengan diaraihnya penghargaan Manggala Karya Kencana oleh Bupati Majalengka H.Sutrisno.

Keberhasilan itu juga tidak lepas dari peran Badan (BPMDPKB) Kab. Majalengka dan BKKBN pusat yang telah berhasil menjalankan program-program KB. Program KB sendiri sangat penting dalam menekan jumlah penduduk, dan meningkatkan kesejateraan masyarakat.

Namun belum banyak yang tahu sejarah terciptanya program KB . Sejarah KB dunia diawali dari teori Malthus yang menyatakan, pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari kebutuhan hidup. Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar  antara penduduk dan kebutuhan hidup. Laju pertumbuhan penduduk ini dapat ditekan dengan adanya birth control. Di Indonesia birth control ini dikenal dengan nama Keluarga Berencana (KB).

Bagaimanakah program KB berkembang di Indonesia?

Berdasarkan beberapa literatur dari berbagai sumber menyatakan, Program KB di Indonesia dimulai sekitar tahun 1957. Pada tahun tersebut didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana (PKB). Pada saat itu program KB masuk ke Indonesia melalui jalur urusan kesehatan (bukan urusan kependudukan). Belum ada kepentingan politik dari pemerintah saat itu.Program KB masih dianggap belum terlalu penting. Kegiatan penyuluhan dan pelayanan masih terbatas dilakukan karena masih ada pelarangan tentang penyebaran metode dan alat kontrasepsi.

Begitu memasuki orde baru, program KB mulai menjadi perhatian pemerintah. Saat itu PKBI sebagai organisasi yang mengelola dan concern terhadap program KB mulai diakui sebagai badan hukum oleh departemen kehakiman. Pemerintahan orde baru yang menitikberatkan pada pembangunan ekonomi, mulai menyadari bahwa program KB sangat berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi.

Kemudian pada tahun 1970 resmilah program KB menjadi program pemerintah dengan ditandai pencanangan hari keluarga nasional pada tanggal 29 Juni 1970. Pada tanggal tersebut pemerintah mulai memperkuat dan memperluas program KB ke seluruh Indonesia.

Sejumlah cerita dari para penyuluh KB senior, awal pelaksanaan program KB (di tahun 70-an), mereka banyak mendapat tentangan dari berbagai lapisan masyarakat. Ketidak tahuan masyarakat dan para tokoh-tokohnya membuat program ini ditolak mentah-mentah. Apalagi tokoh-tokoh agama yang kala itu masih menganggap KB adalah upaya pembunuhan calon bayi membuat masyarakat semakin berani menolak program ini.

Bahkan ada yang sampai diacungi golok. Demikian komentar beberapa  penyuluh KB senior dari berbagai daerah. Selama hampir 30 tahun program KB berjalan, dari tahun 1970-2000, masyarakat Indonesia barulah bisa menerima program KB adalah kebutuhan. Berangsur-angsur dari tahun ke tahun berkat kegigihan para pejuang KB pada masanya, masyarakat Indonesia mulai sadar dan mengerti, ternyata program KB bukanlah program pembunuhan calon bayi. Namun program untuk mengatur kelahiran bayi supaya tidak terlalu berdekatan dan tidak terlalu banyak.

Nampaknya hal ini memang tidak mudah dilakukan. Selama berpuluh tahun para pejuang KB di lini lapangan terus memperjuangkan dan menyadarkan masyarakat bahwa program KB ini adalah salah satu program yang dapat menghantarkan mereka memiliki keluarga yang berkualitas.

Penurunan TFR

Apa yang dimaksud TFR ? TFR adalah kependekan dari Total Fertility Rate, yaitu rata-rata kemampuan seorang ibu melahirkan bayi selama masa reproduksinya. Ttahun 1970, TFR tercatat 5,6. Artinya tahun tersebut, rata-rata wanita Indonesia melahirkan bayi antara 5 hingga 6 bayi selama masa suburnya. Dan tahun 2000-an, TFR turun menjadi 2,8. Artinya di era 2000-an ini kemampuan seorang perempuan bereproduksi menghasilkan 2 hingga 3 anak selama masa suburnya.

Penurunan angka rata-rata kelahiran ini tentu tidak lepas dari peranan para penyuluh KB lapangan atau yang lebih dikenal dengan tenaga PLKB. Mereka lah yang berjasa menyadarkan masyarakat bahwa betapa pentingnya memiliki anak yang tidak terlampau banyak. Berkat perjuangan tersebut, Indonesia berhasil menekan jumlah penduduk sebanyak 79 juta jiwa selama dari tahun 1970 hingga 2000.

Berdasarkan data dari berbagai sumber, saat pelatihan dasar umum tahun 2006 di Balai diklat BKKBN Provinsi Jawa Barat, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1970 tercatat lebih kurang 110 juta jiwa. Setelah dilaksanakan program KB, tahun 2000-an jumlah penduduk Indonesia adalah 203 juta jiwa. Itu setelah dilaksanakan program KB. Jika program KB tidak dilaksanakan, maka jumlah penduduk Indonesia diprediksi akan meledak hingga 282 juta jiwa. Sebuah angka yang fantastis bukan?

Kita bayangkan saja, jika pada tahun yang sama jumlah penduduk Indonesia lebih banyak, maka akan banyak tempat dan lahan pesawahan yang menjadi lahan perumahan. Akan banyak sekolah-sekolah yang harus dibangun oleh pemerintah jika ingin rakyatnya tetap terpelihara. Akan banyak biaya yang digunakan oleh setiap keluarga untuk menafkahi anggota keluarganya. Akan banyak sekali masalah-masalah lainnya. Dan itu akan lebih pelik dibandingkan dengan masalah yang ada saat ini. sekarang saja, dengan adanya program KB, kemiskinan masih belum terhindarkan. Apalagi jika program KB tidak dijalankan? Apa jadinya bangsa kita? apa jadinya kota tempat tinggal anda? Apa jadinya keluarga anda? Dan akan jadi apa anak-anak anda kelak, jika mereka tidak terpelihara secara kualitas, sementara persaingan di era modern ini makin ketat.

Kepala BPMDPKB Drs. H.Ahmad Sodikin M.M melalui Kepala Bidang Keluarga Berencana Ardi Nugraha mengatakan dari tahun ke tahun masyarakat Majalengka mengikuti program KB selalu mengalami peningkatan yang cukup fantastis.

“Dengan kata lain, masyarakat Majalengka benar-benar mendukung program keluarga berencana. Dan itu murni kesadaran warga, bukan semata-mata karena program pemerintah. Warga mulai sadar dan faham dengan sendirinya. Pola pikir mereka cukup sederhana, daripada punya banyak anak tetapi tidak terurus, lebih baik cukup dua anak saja. Bulan April dan pertengahan Juni lalu saja, kita kewalahan sebab permintaan KB MOW dan MOP di Kodim lebih banyak daripada yang kita perkirakan.” Tandasnya. (Erik).

Incoming search terms:

Bookmark and Share

Leave a comment

Loading...