IV.
PENGOBATAN
|
|
Pengobatan kanker paru adalah combined modality
therapy (multi-modaliti terapi). Kenyataanya pada saat pemilihan terapi,
sering bukan hanya diharapkan pada jenis histologis, derajat dan tampilan
penderita saja tetapi juga kondisi non-medisseperti fasiliti yang
dimilikirumah sakit dan ekonomi penderita juga merupakan faktor yang amat
menentukan.
|
|
Pembedahan
|
Indikasi
pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I dan II. Pembedahan
juga merupakan bagian dari �combine modality therapy�, misalnya
kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila
ada kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan
sindroma vena kava superiror berat.
|
Prinsip
pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi lengkap berikut jaringan
KGB intrapulmoner, dengan lobektomi maupun pneumonektomi. Segmentektomi atau
reseksi baji hanya dikerjakan jika faal paru tidak cukup untuk lobektomi.
Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku untuk memastikan bahwa batas
sayatan bronkus bebas tumor. KGB mediastinum diambil dengan
diseksi sistematis, serta diperiksa secara patologi anatomis.
|
|
Alur Tindakan Diagnosis
Kanker Paru
|
|
Hal
penting lain yang penting dingat sebelum melakukan tindakan bedah adalah
mengetahui
toleransi penderita terhadap jenis tindakan bedah yang akan
dilakukan. Toleransi
penderita yang akan dibedah dapat diukur dengan nilai uji faal paru
dan jika tidak memungkin dapat dinilai dari hasil analisis gas
darah (AGD) : |
Syarat
untuk reseksi paru |
. |
Resiko
ringan untuk Pneumonektomi, bila
KVP
paru kontralateral baik, VEP1>60% |
. |
Risiko
sedang pneumonektomi, bila
KVP paru kontralateral > 35%, VEP1 > 60% |
|
|
Radioterapi |
Radioterapi
pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif. Pada terapi
kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk
KPKBSK stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang
menjadi alternatif terapi kuratif. |
Radiasi
sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan
keluhan penderita, seperti sindroma vena kava superiror, nyeri tulang
akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau
otak. |
Penetapan
kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan beberapa faktor |
1. |
Staging
penyakit |
2. |
Status
tampilan |
3. |
Fungsi
paru |
|
Bila
radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus
diketahui : |
- |
Jenis
pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan |
- |
Penilaian
batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi
(PA) |
|
Dosis
radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 � 6000 cGy, dengan cara
pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu. |
Syarat
standar sebelum penderita diradiasi adalah : |
1. |
Hb
> 10 g% |
2. |
Trombosit
> 100.000/mm3 |
3. |
Leukosit
> 3000/dl |
|
Radiasi
paliatif diberikan pada unfavourable
group, yakni : |
1. |
PS
< 70. |
2. |
Penurunan
BB > 5% dalam 2 bulan. |
3. |
Fungsi
paru buruk. |
|
|
Kemoterapi |
Kemoterapi dapat
diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama
harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance
status) harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau
2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat
antikanker dalam kombinasi regimen kemoterapi.
Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker dapat dilakukan. |
Prinsip pemilihan
jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen
kemoterapi adalah: |
1. |
Platinum based therapy (
sisplatin atau karboplatin) |
2. |
Respons obyektif satu
obat antikanker s 15% |
3. |
Toksisiti obat tidak
melebihi grade 3 skala WHO |
4. |
harus dihentikan atau
diganti bila setelah pemberian 2 sikius pada penilaian
terjadi tumor progresif. |
|
Regimen untuk
KPKBSK adalah : |
1. |
Platinum based therapy (
sisplatin atau karboplatin) |
2. |
PE (sisplatin atau
karboplatin + etoposid) |
3. |
Paklitaksel + sisplatin
atau karboplatin |
4. |
Gemsitabin + sisplatin
atau karboplatin |
5. |
Dosetaksel + sisplatin
atau karboplatin |
|
|
Syarat
standar yang harus dipenuhi sebe/um
kemoterapi |
1. |
Tampilan > 70-80, pada
penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut,
dapat diberikan obat antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadual
tertentu. |
2. |
Hb > 10 g%, pada
penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut,
meski Hb < 10 g% tidak pertu tranfusi darah segera, cukup diberi
terapi sesuai dengan penyebab anemia. |
3. |
Granulosit > 1500/mm3 |
4. |
Trombosit > 100.000/mm3 |
5. |
Fungsi hati baik |
6. |
Fungsi ginjal baik (creatinin
clearance lebih dari 70 ml/menit) |
|
Dosis obat anti-kanker dapat
dihitung berdasarkan ketentuan farmakologik masing masing. Ada yang
menggunakan rumus antara lain, mg/kg BB, mg/luas permukaan tubuh (BSA),
atau obat yang menggunakan rumusan AUC
(area under the curve) yang menggunakan CCT untuk rumusnya. |
Luas permukaan
tubuh (BSA) diukur dengan menggunakan parameter
tinggi badan dan berat badan, lalu dihitung dengan menggunakan
rumus atau alat pengukur khusus (nomogram yang berbentuk
mistar) |
|
Untuk obat anti-kanker yang
mengunakan AUC ( misal AUC 5), maka dosis dihitung dengan menggunakan
rumus atau nnenggunakan nomogram.
Dosis (mg) = (target AUC) x ( GFR + 25) Nilai
GFR atau gromenular filtration rate dihitung dari
kadar kreatinin dan ureum darah
penderita.
|
|
Evaluasi
hasil pengobatan |
Umumnya kemoterapi
diberikan sampai 6 sikius/sekuen, bila penderita
menunjukkan respons yang memadai. Evaluasi respons terapi
dilakukan dengan melihat perubahan ukuran tumor pada foto toraks
PA setelah pemberian (sikius) kemoterapi ke-2 dan kalau memungkinkan
menggunakan CT-Scan toraks setelah 4 kali pemberian. |
Evaluasi dilakukan
terhadap |
- |
Respons subyektif yaitu
penurunan keluhan awal |
- |
Respons semisubyektif
yaitu perbaikan tampilan, bertambahnya berat
badan |
- |
Respons obyektif |
- |
Efek samping obat |
|
Respons obyektif
dibagi atas 4 golongan dengan ketentuan |
1. |
Respons komplit (complete
response , CR) : bila pada evaluasi tumor
hilang 100% dan keadan ini menetap lebih dari 4 minggu. |
2. |
Respons sebagian (partial
response, PR) : bila pengurangan ukuran
tumor > 50% tetapi < 100%. |
3. |
Menetap {stable disease,
SD) : bila ukuran tumor tidak berubahatau mengecil
> 25% tetapi < 50%. |
4. |
Tumor progresif (progresive
disease, PD) : bila terjadi petambahan ukuran
tumor > 25% atau muncul tumor/lesi baru di paru atau di tempat
lain. |
|
Hal lain yang perlu
diperhatikan datam pemberian kemoterapi adalah timbulnya efek samping atau
toksisiti. Berat ringannya efek toksisiti kemoterapi dapat dinilai
berdasarkan ketentuan yang dibuat WHO (lampiran. 5). |
|
Imunoterapi |
Ada beberapa cara dan obat yang dapat digunakan
meskipun belum ada hasil penelitian di
Indonesia yang menyokong manfaatnya.
|
|
Hormonoterapi
|
Ada beberapa cara dan obat yang dapat digunakan
meskipun belum ada hasil penelitian di
Indonesia yang menyokong manfaatnya.
|
|
Terapi Gen
|
Tehnik dan manfaat pengobatan ini masih dalam
penelitian.
|
|
V.
PENGOBATAN PALIATIF DAN REHABILITASI
|
|
Pengobatan Paliatif
|
Hal yang perlu ditekankan dalam terapi paliatif
adalah tujuannya untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita sebaik mungkin. Gejala dan
tanda karsinoma bronkogenik dapat dikelompokkan pada gejala bronkopulmoner,
ekstrapulmoner intratorasik, ekstratoraksik non metastasis
dan ekstratorasik metastasis. Sedangkan keluhan yang sering
dijumpai adalah batuk, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada.
Pengobatan paliatif untuk kanker paru meliputi radioterapi, kemoterapi,
medikamentosa, fisioterapi, dan psikososial. Pada beberapa
keadaan intervensi bedah, pemasangan stent dan cryotherapy
dapat dilakukan.
|
|
Rehabilitasi Medik
|
Pada penderita kanker paru dapat terjadi
gangguan muskuloskeletal terutama akibat
metastasis ke tulang. Manifestasinya dapat berupa inviltrasi
ke vetebra atau pendesakan syaraf. Gejala yang tirnbul berupa
kesemutan, baal, nyeri dan bahkan dapat terjadi paresis sampai paralisis
otot, dengan akibat akhir terjadinya gangguan mobilisasi/ambulasi.
|
Upaya rehabilitasi medik tergantung pada kasus,
apakah operabel atau tidak.
|
- |
Bila operabel tindakan
rehabilitasi medik adalah preventif dan restoratif. |
- |
Bila non-operabel
tindakan rehabilitasi medik adalah suportif dan paliatif. |
|
Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah
perlu dilakukan rehabilitasi medik
prabedah dan pascabedah, yang bertujuan membantu
memperoleh hasil optimal tindakan bedah, terutama untuk mencegah
komplikasi pascabedah (misalnya: retensi sputum, paru tidak
mengembang) dan mempercepat mobilisasi. Tujuan program rehabilitasi
medik untuk kasus yang nonoperabel adalah untuk memperbaiki
dan mempertahankan kemampuan fungsional penderita yang
dinilai berdasarkan skala Karnofsky. Upaya ini juga termasuk penanganan
paliatif penderita kanker paru dan layanan hospis
(dirumah sakit atau dirumah).
|
|
VI.
EVALUASI (follow-up)
|
|
Angka kekambuhan (relaps) kanker paru paling
tinggi terjadi pada 2 tahun pertarna,
sehingga evaluasi pada pasien yang telah diterapi
optimal dilakukan setiap 3 bulan sekali. Evaluasi meliputi pemeriksaan
klinis dan radiologis yaitu foto toraks PA / lateral dan Ct-scan thoraks,
sedangkan pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi.
|
Alur Penatalaksnaan Kanker
Paru Jenis Karsinoma bukan sel kecil
|
|
|